Masa
remaja sering diartikan sebagai masa peralihan seseorang dari anak-anak menuju
dewasa, atau biasa disebut dengan pubertas. Peristiwa pubertas pada perempuan
ditandai dengan datangnya haid pertama atau mens.
Sedangkan pada laki-laki ditandai dengan mimpi basah. Pada masa peralihan
ini, para remaja biasanya selalu bergerak aktif seiring dengan pertumbuhan
hormon dalam tubuhnya.
Aktivitas di sekolah dan lingkungan
sekitar menuntut remaja untuk berkontribusi dalam banyak kegiatan seperti di
organisasi, ekstrakurikuler, les, perlombaan dan banyak kegiatan lainnya. Hal
ini membuat kita seringkali melupakan kebersihan dan kesehatan pada bagian
reproduksi. Padahal, sistem reproduksi merupakan bagian penting agar tetap
dapat mempertahankan keturunan. Jika kita tidak pintar dalam menjaga kesehatan
reproduksi, maka bukan tidak mungkin sistem reproduksi kita akan menjadi sarang
penyakit. Berikut adalah langkah penting menjaga kesehatan reproduksi bagi
remaja yang bergerak aktif.
1. Mengonsumsi
makanan sehat dan bernutrisi
Makanan yang kita
konsumsi sehari-hari memberikan pengaruh bagi kesehatan tubuh. Sayangnya, kita
sebagai remaja seringkali mengonsumsi makanan yang memiliki nilai nutrisi yang
rendah yaitu junk food. Tentu dengan
alasan praktis, murah dan mudah didapatkan. Padahal, banyak sekali kandungan
bahan kimia yang dapat merusak kesehatan jika sering dikonsumsi. Salah satunya
dapat mengganggu kesehatan reproduksi.
Mengonsumsi makanan
yang sehat dan bernutrisi dapat menunjang kesehatan organ reproduksi. Penting
bagi kita untuk mulai menjaga kesehatan dengan mengonsumsi makanan yang sehat. Syarat
makanan sehat itu sendiri adalah bersih, mengandung nutrisi serta gizi yang
baik dan seimbang. Sumber makanan sehat dapat kita peroleh dari buah, sayur,
daging dan telur, kacang-kacangan, susu, serta ikan dan makanan laut. Jangan
lupakan untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh dengan mengonsumsi setidaknya 8
gelas atau 2 liter air putih setiap harinya.
2. Hindari
rokok dan minuman beralkohol
Sebagai remaja, kita seringkali
diidentikkan dengan kenakalan yang tidak ada habisnya. Kenakalan ini sendiri
dipicu oleh lingkungan pergaulan yang kurang baik, dimana remaja mulai
‘coba-coba’ dengan hal baru yang kita anggap legal karena sudah ‘masanya’.
Seperti rokok dan minuman beralkohol, kandungan bahan di dalamnya menghasilkan
efek ketergantungan dimana semakin sering kita konsumsi makan semakin sulit
untuk lepas.
Perlu kita ketahui, merokok
dapat mengganggu kualitas sel telur dan sel sperma. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia mengungkapkan bahwa penyakit impotensi pada laki-laki banyak
dialami oleh para perokok. Dikarenakan kandungan bahan kimia yang sifatnya
beracun dapat mengurangi produksi sperma pada laki-laki. Utamanya pada usia
remaja, merokok menyebabkan resiko tidak memiliki keturunan. Sedangkan pada
perempuan dapat mengurangi tingkat kesuburan. Mengonsumsi minuman beralkohol
secara berlebihan dapat menyebabkan berkurangnya kadar testosteron pada
laki-laki dan gangguan ovulasi pada perempuan.
3. Hindari
hubungan seks yang beresiko
Masih berkaitan dengan
kenakalan remaja, keingintahuan kita yang besar terhadap hal-hal baru tidak
luput dari perilaku seks bebas yang beresiko terhadap kesehatan. Di era digital
ini, informasi mengenai bahaya seks bebas mudah sekali kita temukan
dibandingkan masa remaja orang tua kita dahulu. Sayangnya, para remaja pada
masa kini masih enggan untuk menerima dan mengasup informasi tersebut sehingga
banyak dari kita yang salah langkah dan masuk ke dalam pergaulan bebas.
Kasim (2014) dalam
penelitiannya mengungkapkan bahwa akibat perilaku seks beresiko, tidak sedikit
remaja laki-laki yang mengidap penyakit kelamin seperti sipilis atau ‘raja
singa’. Sedangkan bagi perempuan yang melakukannya di bawah umur umumnya
mengalami trauma hingga paling fatal dapat berakibat depresi. Dampak lain
perilaku seks beresiko para remaja terhadap kesehatan reproduksi, diantaranya: (1)
kehamilan yang tidak diinginkan (unwanted
pregnancy) dan melahirkan di usia muda berakibat pada kematian ibu, (2)
tertular PMS termasuk HIV/AIDS, serta (3) konsekuensi psikologis dimana kondisi
sehat secara fisik, sosial dan mental yang berhubungan dengan sistem, fungsi
serta proses reproduksi para remaja tidak terpenuhi.
Perilaku seks beresiko
sudah sejak lama marak terjadi di kalangan remaja. Padahal, dampak buruknya
nyata terjadi di sekitar kita dan berakibat dalam jangka panjang. Alangkah
baiknya kita menghindari perilaku seks bebas yang beresiko untuk kesehatan dan
masa depan yang sudah menanti.
4. Bersihkan
organ reproduksi dengan benar
Banyaknya kegiatan
aktif pada usia remaja membuat kita seringkali lupa menjaga kebersihan organ
reproduksi. Sedangkan kebersihan itu sendiri erat kaitannya dengan kesehatan. Melansir
dari laman resmi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, beberapa tips yang
dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan reproduksi, diantaranya:
- Mengganti pakaian dalam setidaknya 2 kali dalam sehari. Hal ini dilakukan untuk menghindari masuknya bakteri akibat pakaian dalam yang terlalu lama digunakan. Jika terasa lembab, segera ganti dengan yang baru dan pastikan bahan yang digunakan dapat menyerap keringat seperti bahan katun.
- Membersihkan organ reproduksi setelah selesai kencing dan buang air besar.
- Memakai handuk yang lembut, kering dan tidak berbau.
- Gunakan air bersih dan hindari penggunaan produk pembersih seperti sabun sirih karena dapat menyebabkan iritasi.
- Bagi perempuan, bersihkan organ reproduksi dari depan ke belakang untuk menghindari masuknya bakteri dari anus ke dalam kelamin.
- Bagi laki-laki, disarankan untuk melakukan sunat agar terhindar dari infeksi bakteri akibat penumpukan kotoran pada kulup penis.
5. Rutin
cek kesehatan
Banyak dari masyarakat
kita masih memiliki anggapan bahwa memeriksakan kesehatan, utamanya kesehatan
reproduksi adalah saat menujukkan gejala penyakit atau saat perempuan tengah
hamil. Memeriksakan kesehatan tubuh tidak perlu menunggu datangnya penyakit,
karena terkadang kehadiran penyakit seringkali tidak kita sadari. Pasalnya,
pengertian sehat bukan hanya terbebas dari penyakit secara fisik akan tetapi
juga sehat secara psikologis.
Usia remaja adalah usia
yang tepat untuk mulai memeriksakan kesehatan reproduksi secara rutin karena
pada usia inilah terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang cepat baik dari
segi fisik maupun psikologis. Rutinitas cek kesehatan ini juga ditujukan agar
kita mendapat informasi yang tepat mengenai fungsi, proses dan kesehatan
repoduksi agar dapat lebih bertanggung jawab terhadap diri remaja. Maka dari
itu, baik remaja laki-laki maupun perempuan harus memiliki pengertian dan
pemahaman yang luas mengenai kesehatan reproduksi.