Tahukah kamu, jika ibu hamil dengan HIV/AIDS,
maka kemungkinan janin dalam kandungan juga terkena HIV? Virus di dalam darah
ibu hamil yang positif HIV memang bisa menembus tubuh bayi. Proses penularan
ini terjadi biasanya pada beberapa minggu terakhir menjelang kelahiran, saat
persalinan berlangsung, hingga saat ibu menyusui bayi (karena ASI juga
mengandung HIV).
Potensi penularan dari ibu ke bayi ini sebesar
15% hingga 45% jika Ibu tidak mengkonsumsi obat antiretroviral (ARV). Obat ARV
memang harus dikonsumsi rutin agar kondisi HIV-AIDS dalam tubuh ODHA tidak
semakin parah.
Saat ini obat ARV menjadi satu-satunya solusi
untuk memperpanjang harapan hidup ODHA, meski obat ini tidak bisa menyembuhkan
pasien HIV. Obat ARV perlu dikonsumsi setiap hari untuk mencegah resistensi
virus. Bagi ibu hamil dan menyusui, obat ARV bisa meminimalkan risiko bayi
terkena HIV.
Bagaimana Mengetahui Ibu Hamil Mengidap HIV/AIDS?
Saat pertama kali mengetahui kehamilan, ibu hamil
perlu mendatangi pelayanan pemeriksaan kandungan baik di Puskesmas maupun rumah
sakit untuk melakukan tes HIV.
Tenaga kesehatan nantinya akan membantu melakukan
tes yang diperlukan untuk mengetahui apakah ibu hamil positif HIV atau tidak.
Jika hasilnya positif, ibu hamil perlu menjalani pengobatan rutin untuk
menonaktifkan virus HIV dalam darah.
Pengobatan tersebut memang tidak bisa
menyembuhkan penyakit, tetapi setidaknya bisa memperpanjang harapan hidup.
Termasuk menjaga agar viral load di
dalam tubuh tidak bertambah, serta mencegah penularannya pada janin. Ibu hamil
nantinya perlu kembali menjalani tes di trimester akhir (mulai minggu ke-28).
Usahakan setiap bulan, ODHA yang sedang hamil rutin memeriksakan kandungan di
pusat kesehatan sekaligus mengetahui perkembangan virus HIV.
Bisakah Mencegah HIV pada Bayi?
Jika hasil tes yang dilakukan positif, ada
beberapa langkah yang perlu dilakukan agar virus HIV tidak ikut menginfeksi
bayi:.
●
Lakukan terapi dengan obat ARV
karena berpotensi melindungi bayi.
● Pengobatan ARV perlu dilakukan
untuk melindungi bayi. Dengan pengobatan secara tepat, risiko bayi lahir dengan
HIV turun hingga kurang dari 1%.
●
Secepatnya segera melakukan
pengobatan, setelah tahu positif HIV.
●
Jika penderita sudah positif HIV
sebelum hamil, penderita bisa segera menemui dokter untuk melakukan terapi
pengobatan dengan ARV secepatnya.
●
Selama menjalani kehamilan, ODHA
perlu mengkonsumsi rutin obat-obatan ARV setiap hari seumur hidup.
● Bayi yang baru lahir juga akan
diberi perawatan sekitar 4-6 minggu untuk mencegah berkembangnya virus HIV.
Pilihan Melahirkan untuk ODHA: Normal atau Sectio Caesar?
Jika ibu hamil rutin melakukan terapi pengobatan
secara tepat, jumlah viral load dalam
tubuh bisa berkurang. Pada sebagian orang, jumlah HIV dalam tubuh bisa turun
sehingga menjadi tidak terdeteksi. Hal ini berarti bahwa ibu hamil pun bisa
merencanakan kelahiran secara normal karena risiko penularan HIV pada bayi
selama proses persalinan kecil.
Sementara itu bagi ibu hamil yang melakukan tes
HIV dan hasilnya positif, cara yang bisa dipilih untuk mengurangi penularan HIV
pada bayi adalah dengan persalinan dengan metode caesar. Hal ini mungkin untuk dilakukan jika viral load dalam tubuh tidak terdeteksi. Cara ini lebih minim
risiko penularan HIV/AIDS daripada persalinan normal.
Namun demikian, jangan ragu untuk membicarakan
opsi melahirkan yang paling aman dengan dokter kandungan. Dokter akan membantu
merekomendasikan pilihan melahirkan yang minim risiko agar bayi tidak
terinfeksi HIV/AIDS.
Menyusui saat Positif HIV/AIDS, Mungkinkah?
Menyusui bayi cukup berisiko bagi ODHA
Bagaimana pun ASI mengandung virus HIV/AIDS.
Sehingga risiko penularan lewat ASI sangat besar pada bayi.
Pihak medis tempat ODHA yang memiliki bayi perlu
membantu memutuskan solusi terbaik apakah ibu yang terinfeksi HIV tersebut
menyusui sambil mengkonsumsi obat ARV, atau sama sekali menghindari pemberian
ASI.
Selain itu, keputusan untuk memberikan susu
formula juga tergantung dari akses yang tersedia di sekitar ODHA. Jika susu
formula tersedia, akses air bersih yang higienis (air matang mendidih) mudah
didapat, maka pemberian susu formula lebih dianjurkan. Pemberian susu formula
juga perlu mempertimbangkan apakah lingkungan bayi cukup kondusif? Akankah bayi
berisiko terkena dampak negatif malnutrisi, diare, atau pneumonia jika tidak
mengkonsumsi ASI? Serta risiko lain yang bisa membahayakan bayi.
Pastikan ODHA yang memiliki bayi menanyakan pada
dokter atau petugas kesehatan untuk saran kesehatan yang paling sesuai dengan
kondisinya.
Bagaimana Mengetahui Apakah Bayi Terpapar HIV/AIDS?
Bayi yang baru lahir perlu dites HIV. Kemudian
proses pengetesan berikutnya dilakukan lagi setelah 6 minggu. Jika hasilnya kembali negatif, maka tes dilakukan
lagi saat bayi berusia 18 bulan atau saat bayi selesai disapih. Tes terakhir
ini sangat penting untuk mengetahui status terakhir bayi. Apakah bayi positif
atau negatif HIV. Jika bayi positif HIV, maka bayi juga perlu mendapat
perawatan segera. Bicarakan pada tenaga kesehatan profesional atau
dokter untuk memastikan bayi mendapat perawatan yang tepat.
Bila ada pertanyaan bisa email ke : info@rusabook.com dan kunjungi website kami di http://www.rusabook.com