Tuesday, January 7, 2020

Mencegah Penularan HIV AIDS dari Ibu ke Anak, Bisakah?

Mencegah Penularan HIV AIDS dari Ibu ke Anak, Bisakah?



Tahukah kamu, jika ibu hamil dengan HIV/AIDS, maka kemungkinan janin dalam kandungan juga terkena HIV? Virus di dalam darah ibu hamil yang positif HIV memang bisa menembus tubuh bayi. Proses penularan ini terjadi biasanya pada beberapa minggu terakhir menjelang kelahiran, saat persalinan berlangsung, hingga saat ibu menyusui bayi (karena ASI juga mengandung HIV).

Potensi penularan dari ibu ke bayi ini sebesar 15% hingga 45% jika Ibu tidak mengkonsumsi obat antiretroviral (ARV). Obat ARV memang harus dikonsumsi rutin agar kondisi HIV-AIDS dalam tubuh ODHA tidak semakin parah.

Saat ini obat ARV menjadi satu-satunya solusi untuk memperpanjang harapan hidup ODHA, meski obat ini tidak bisa menyembuhkan pasien HIV. Obat ARV perlu dikonsumsi setiap hari untuk mencegah resistensi virus. Bagi ibu hamil dan menyusui, obat ARV bisa meminimalkan risiko bayi terkena HIV.


Bagaimana Mengetahui Ibu Hamil Mengidap HIV/AIDS?

Saat pertama kali mengetahui kehamilan, ibu hamil perlu mendatangi pelayanan pemeriksaan kandungan baik di Puskesmas maupun rumah sakit untuk melakukan tes HIV.

Tenaga kesehatan nantinya akan membantu melakukan tes yang diperlukan untuk mengetahui apakah ibu hamil positif HIV atau tidak. Jika hasilnya positif, ibu hamil perlu menjalani pengobatan rutin untuk menonaktifkan virus HIV dalam darah.

Pengobatan tersebut memang tidak bisa menyembuhkan penyakit, tetapi setidaknya bisa memperpanjang harapan hidup. Termasuk menjaga agar viral load di dalam tubuh tidak bertambah, serta mencegah penularannya pada janin. Ibu hamil nantinya perlu kembali menjalani tes di trimester akhir (mulai minggu ke-28). Usahakan setiap bulan, ODHA yang sedang hamil rutin memeriksakan kandungan di pusat kesehatan sekaligus mengetahui perkembangan virus HIV.


Bisakah Mencegah HIV pada Bayi?

Jika hasil tes yang dilakukan positif, ada beberapa langkah yang perlu dilakukan agar virus HIV tidak ikut menginfeksi bayi:.

     Lakukan terapi dengan obat ARV karena berpotensi melindungi bayi.

  Pengobatan ARV perlu dilakukan untuk melindungi bayi. Dengan pengobatan secara tepat, risiko bayi lahir dengan HIV turun hingga kurang dari 1%.

     Secepatnya segera melakukan pengobatan, setelah tahu positif HIV.

     Jika penderita sudah positif HIV sebelum hamil, penderita bisa segera menemui dokter untuk melakukan terapi pengobatan dengan ARV secepatnya.

     Selama menjalani kehamilan, ODHA perlu mengkonsumsi rutin obat-obatan ARV setiap hari seumur hidup.

 Bayi yang baru lahir juga akan diberi perawatan sekitar 4-6 minggu untuk mencegah berkembangnya virus HIV.


Pilihan Melahirkan untuk ODHA: Normal atau Sectio Caesar?

Jika ibu hamil rutin melakukan terapi pengobatan secara tepat, jumlah viral load dalam tubuh bisa berkurang. Pada sebagian orang, jumlah HIV dalam tubuh bisa turun sehingga menjadi tidak terdeteksi. Hal ini berarti bahwa ibu hamil pun bisa merencanakan kelahiran secara normal karena risiko penularan HIV pada bayi selama proses persalinan kecil.

Sementara itu bagi ibu hamil yang melakukan tes HIV dan hasilnya positif, cara yang bisa dipilih untuk mengurangi penularan HIV pada bayi adalah dengan persalinan dengan metode caesar. Hal ini mungkin untuk dilakukan jika viral load dalam tubuh tidak terdeteksi. Cara ini lebih minim risiko penularan HIV/AIDS daripada persalinan normal.

Namun demikian, jangan ragu untuk membicarakan opsi melahirkan yang paling aman dengan dokter kandungan. Dokter akan membantu merekomendasikan pilihan melahirkan yang minim risiko agar bayi tidak terinfeksi HIV/AIDS.


Menyusui saat Positif HIV/AIDS, Mungkinkah?

Menyusui bayi cukup berisiko bagi ODHA
Bagaimana pun ASI mengandung virus HIV/AIDS. Sehingga risiko penularan lewat ASI sangat besar pada bayi.

Pihak medis tempat ODHA yang memiliki bayi perlu membantu memutuskan solusi terbaik apakah ibu yang terinfeksi HIV tersebut menyusui sambil mengkonsumsi obat ARV, atau sama sekali menghindari pemberian ASI.

Selain itu, keputusan untuk memberikan susu formula juga tergantung dari akses yang tersedia di sekitar ODHA. Jika susu formula tersedia, akses air bersih yang higienis (air matang mendidih) mudah didapat, maka pemberian susu formula lebih dianjurkan. Pemberian susu formula juga perlu mempertimbangkan apakah lingkungan bayi cukup kondusif? Akankah bayi berisiko terkena dampak negatif malnutrisi, diare, atau pneumonia jika tidak mengkonsumsi ASI? Serta risiko lain yang bisa membahayakan bayi.

Pastikan ODHA yang memiliki bayi menanyakan pada dokter atau petugas kesehatan untuk saran kesehatan yang paling sesuai dengan kondisinya.


Bagaimana Mengetahui Apakah Bayi Terpapar HIV/AIDS?

Bayi yang baru lahir perlu dites HIV. Kemudian proses pengetesan berikutnya dilakukan lagi setelah 6 minggu. Jika hasilnya kembali negatif, maka tes dilakukan lagi saat bayi berusia 18 bulan atau saat bayi selesai disapih. Tes terakhir ini sangat penting untuk mengetahui status terakhir bayi. Apakah bayi positif atau negatif HIV. Jika bayi positif HIV, maka bayi juga perlu mendapat perawatan segera. Bicarakan pada tenaga kesehatan profesional atau dokter untuk memastikan bayi mendapat perawatan yang tepat.




Semoga informasi ini dapat bermanfaat untuk kesehatan keluarga anda. Kini, tak perlu repot lagi antri untuk berobat. Segera Download Aplikasi Rusabook sekarang juga. 

Jangan lupa follow akun sosial media kami di:

Bila ada pertanyaan bisa email ke : info@rusabook.com dan kunjungi website kami di http://www.rusabook.com

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search